Hanya bermaksud berbagi pengetahuan tanpa unsur huru-hara,, ^^
Mungkin banyak sebagian yang mengetahui CMD.exe pada Windows XP hingga 7,
yang bisa kita buka melalui button START atau logo windows yang berada pada pojok-pojok layar windows,
atau dengan shortcut dengan menekan logo windows pada keyboard + R setelah itu ketikan cmd atau CMD.
Bagi pemrogram bahasa java kita mengetahui bisa menjalankan program kita melalui CMD tersebut, dengan cara mengetikan java[spasi]nama_file_program seperti itu, tetapi sebelum kita menjalankan program kita kita harus mengcompile program tersebut untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan dalam program kita dan untuk menerjemahkan kebahasa yang dimengerti oleh Komputer.
Sebelumnya kita pasti tidak bisa menjalankan program java kita karena, kita belum menginstalkan JDK Java Development Kit , merupakan seperangkat kode, librari, form dan paket yang berguna untuk membuat aplikasi atau applet java.
Kita dapat mendownloadnya dengan meng click Link dibawah ini:
Download JDK
Setelah kita menginstalkan JDK tersebut, kita dapat menyetingnya dengan tahap berikut,
masuk kedalam Properties Komputer => lanjut kemenu pilihan Advanced => dan click Environment Variables
Pada table System Variable kita click new
Setelah muncul jendela baru variable nama kita isi terserah kita, dan Untuk Variable value kita isikan sesuai lokasi kita menginstal JDK sebelumnya.
Untuk standardnya C:\Program Files\Java\jdk1.6.0_24\bin\ setelah itu OK.
Baru kita dapat menjalankan program Java kita di CMD.exe
"Ceritakan semua yang bisa diceritakan, Informasikan semua yang bisa diinformasikan, Bagikan semua yang bisa dibagikan, agar bisa menjadi pengalaman bagi pembaca dan wawasan tambahan"
Wednesday, March 30, 2011
Manusia dan Pandangan Hidup
….Cita-cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan, dan tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Keinginan, harapan, dan tujuan tersebut merupakan orientasi yang ingin di peroleh sesorang pada masa mendatang. Dengan demikian, cita-cita memiliki pandangan masa depan dan merupakan pandangan hidup yang akan datang.
Dapat atau tidak nya sesorang mencapai apa yang dicita-citakannya, hal itu bergantung pada 3 faktor. Pertama, manusianya, yaitu yang memiliki cita-cita. Kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakannya. Dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai. Berikut ini diberika uraian masing-masing faktor.
a) Faktor Manusia
Untuk mencapai cita-cita, faktor yang paling menentukan adalah manusianya sendiri, terutama kualitasnya, karena manusia tanpa dilengkapi dengan kemampuan tidak akan pernah mencapai cita-citanya, dengan kata lain hanya berkhayal saja. Keadaan ini banyak menimpa anak-anak muda. Mereka mangalami kesulitan dalam mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang atau tidak mengukur dengan kemampuannya yang ada dan sering menimbulakan apa yang disebut frustasi.
Sebagian anak muda yang lain karena memiliki kemampuan keras dan kemampuan untuk mencapai apa yang dicita-citakan biasanya berhasil, karena cita-citanya itu dijadikan sebagai motivasi untuk mencapainya. Selain kedua jenis manusia diatas, ada lagi satu jenis manusia yang hanya pasrah menerima hidup ini seperti apa adanya. Menurutnya semua yang telah datang dan akan terjadi dalam hidupnya sudah diatur oleh Yang Mahakuasa sehingga tidak perlu untuk berbuat apa-apa lagi. Manusia seprti ini dapat dikatakan sebagai manusia yang tidak mempunyai cita-cita dan akan tertinggal oleh arus masyarakat yang terus berkembang untuk maju dan makin meningkat.
b) Faktor Kondisi
Pada umumnya ada dua kondisi yang dapat mempengaruhi tercapainya cita-cita, yaitu yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita, sedangkan factor yang menghambat merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita. Misalnya karena faktor ekonomi, seorang pelajar yang ekonomi orang tuanya diatas rata- rata mampu melanjutkan studinya untuk menjadi seorang dokter di perguruan tinggi, dan hal ini merupakan factor yang menguntungkan, sedangkan seorang pelajar yang ekonomi orang tuanya lemah tidak mampu melanjutkan studinya untuk menjadi seorang dokter di perguruan tinggi, dan hal ini merupakan factor yang menguntungkan.
c) Faktor Tingginya Cita-cita
Tingginya cita-cita merupakan salah satu hal yang harus dipegang oleh seorang manusia yang ingin mencapai cita-citanya. Namun banyak hal yang harus dipertanyakan sebelum menentukan bagaimana tingginya cita-cita yang ingin dicapainya. Bagaimanakah factor manusianya? Mampukah yang bersangkutan mencapainya? Bagaimanakah factor kondisinya, mungkinkah hal itu? Apakah dapat merupakan pendorong atau penghalang?
Untuk mencapai cita-cita seseorang hendaknya menyesuaikan dengan kemampuan dirinya. Anjuran yang terakhir ini menyebabkan sesorang secara bertahap mencapai apa yang diidamkannya. Pada mulanya, dialakukan dengan penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi yang dialaluinya.
Cita-cita adalah keinginan, harapan, dan tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Keinginan, harapan, dan tujuan tersebut merupakan orientasi yang ingin di peroleh sesorang pada masa mendatang. Dengan demikian, cita-cita memiliki pandangan masa depan dan merupakan pandangan hidup yang akan datang.
Dapat atau tidak nya sesorang mencapai apa yang dicita-citakannya, hal itu bergantung pada 3 faktor. Pertama, manusianya, yaitu yang memiliki cita-cita. Kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakannya. Dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai. Berikut ini diberika uraian masing-masing faktor.
a) Faktor Manusia
Untuk mencapai cita-cita, faktor yang paling menentukan adalah manusianya sendiri, terutama kualitasnya, karena manusia tanpa dilengkapi dengan kemampuan tidak akan pernah mencapai cita-citanya, dengan kata lain hanya berkhayal saja. Keadaan ini banyak menimpa anak-anak muda. Mereka mangalami kesulitan dalam mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang atau tidak mengukur dengan kemampuannya yang ada dan sering menimbulakan apa yang disebut frustasi.
Sebagian anak muda yang lain karena memiliki kemampuan keras dan kemampuan untuk mencapai apa yang dicita-citakan biasanya berhasil, karena cita-citanya itu dijadikan sebagai motivasi untuk mencapainya. Selain kedua jenis manusia diatas, ada lagi satu jenis manusia yang hanya pasrah menerima hidup ini seperti apa adanya. Menurutnya semua yang telah datang dan akan terjadi dalam hidupnya sudah diatur oleh Yang Mahakuasa sehingga tidak perlu untuk berbuat apa-apa lagi. Manusia seprti ini dapat dikatakan sebagai manusia yang tidak mempunyai cita-cita dan akan tertinggal oleh arus masyarakat yang terus berkembang untuk maju dan makin meningkat.
b) Faktor Kondisi
Pada umumnya ada dua kondisi yang dapat mempengaruhi tercapainya cita-cita, yaitu yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita, sedangkan factor yang menghambat merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita. Misalnya karena faktor ekonomi, seorang pelajar yang ekonomi orang tuanya diatas rata- rata mampu melanjutkan studinya untuk menjadi seorang dokter di perguruan tinggi, dan hal ini merupakan factor yang menguntungkan, sedangkan seorang pelajar yang ekonomi orang tuanya lemah tidak mampu melanjutkan studinya untuk menjadi seorang dokter di perguruan tinggi, dan hal ini merupakan factor yang menguntungkan.
c) Faktor Tingginya Cita-cita
Tingginya cita-cita merupakan salah satu hal yang harus dipegang oleh seorang manusia yang ingin mencapai cita-citanya. Namun banyak hal yang harus dipertanyakan sebelum menentukan bagaimana tingginya cita-cita yang ingin dicapainya. Bagaimanakah factor manusianya? Mampukah yang bersangkutan mencapainya? Bagaimanakah factor kondisinya, mungkinkah hal itu? Apakah dapat merupakan pendorong atau penghalang?
Untuk mencapai cita-cita seseorang hendaknya menyesuaikan dengan kemampuan dirinya. Anjuran yang terakhir ini menyebabkan sesorang secara bertahap mencapai apa yang diidamkannya. Pada mulanya, dialakukan dengan penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi yang dialaluinya.
Manusia dan Tanggung Jawab
…Pengabdian
Yang dimaksud pengabdian adalah perihal mengabdi atau memperhamba diri. Dalam pengabdia harus disertai adanya rasa setia atau loyal terhadap yang diberi pengabdian sehingga ada kecendrungan yang sifatnya psikis, bukan materialistis.
Pengabdian tidak mudah dilepaskan dari kesadaran dan kewajiban. Sebab dengan bersumber pada hal-hal yang mengandung kesadaran moral atau hati nurani tersebut, akan timbul pemikiran tentang kewajiban dan perwujudan pada pengorbanan, yang semuanya dapat dirangkaikan dengan semacam benang merah, yaitu kesetiaan ataupun cinta kasih.
Pengabdian kepada agama atau kepada Tuhan terasa menonjol pada pengabdian yang dilakukan oleh para biarawan dan biarawati. Pada umumnya mereka itu adalah orang-orang yang terjun diladang Tuhan karena kesadaran moralnya dan panggilan Tuhan. Oleh karena itu mereka meninggalkan keluarganya dan berkeyakinan tidak akan berkeluarga, sehingga hamper seluruh waktu dan tenaga, maupun kegiatannya hanya tercurah untuk memuliakan Tuhan. Dengan agama yang tidak membedakan manusia atas dasar ras maupun bangsa, para biarawan dan biarawati ditempatkan didaerah-daerah yang jauh dan terpencil. Walaupun demikian mereka melaksanakannya denagn semboyan tugas suci. Selain pada gereja katolik, pada agaman Budha juga dikenal biarawati atau biarawan dengan sebutan biksu dan biksuni. Cara kehidupannya pun tidak jauh berbeda.
Yang dimaksud pengabdian adalah perihal mengabdi atau memperhamba diri. Dalam pengabdia harus disertai adanya rasa setia atau loyal terhadap yang diberi pengabdian sehingga ada kecendrungan yang sifatnya psikis, bukan materialistis.
Pengabdian tidak mudah dilepaskan dari kesadaran dan kewajiban. Sebab dengan bersumber pada hal-hal yang mengandung kesadaran moral atau hati nurani tersebut, akan timbul pemikiran tentang kewajiban dan perwujudan pada pengorbanan, yang semuanya dapat dirangkaikan dengan semacam benang merah, yaitu kesetiaan ataupun cinta kasih.
Pengabdian kepada agama atau kepada Tuhan terasa menonjol pada pengabdian yang dilakukan oleh para biarawan dan biarawati. Pada umumnya mereka itu adalah orang-orang yang terjun diladang Tuhan karena kesadaran moralnya dan panggilan Tuhan. Oleh karena itu mereka meninggalkan keluarganya dan berkeyakinan tidak akan berkeluarga, sehingga hamper seluruh waktu dan tenaga, maupun kegiatannya hanya tercurah untuk memuliakan Tuhan. Dengan agama yang tidak membedakan manusia atas dasar ras maupun bangsa, para biarawan dan biarawati ditempatkan didaerah-daerah yang jauh dan terpencil. Walaupun demikian mereka melaksanakannya denagn semboyan tugas suci. Selain pada gereja katolik, pada agaman Budha juga dikenal biarawati atau biarawan dengan sebutan biksu dan biksuni. Cara kehidupannya pun tidak jauh berbeda.
Kesepian
…Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang atau tidak berteman. Kesepain merupakan keterasingan yang dititikberatkan pada soal psikis. Misalnya seseorang yang berada di lingkungan yang sepi, psikisnya mudah terpengaruh sehingga dapat merasakan adanya keterasingan, khususnya kesepian. Namun, sesorang dalam suatu kerumunan karena di tempat ramai tersebut dia tidak merasa memiliki kawan, maka dirasakan adanya kesepian.
Beberapa gejala pada orang yang dirundung kesepian antara lain adalah sebagai berikut:
Apabila ia sedang duduk, pandangan matanya kedepan tampak agak sayu, kurang memberikan sinar yang terang dan pandangannya seperti kosong. Matanya tampak terbuka tapi pandangannya kurang memperhatikan apa yang ada di depannya.
Arti kesepian menjadi makin jelas bilamana seseorang merasa kesepian dalam keramaian. Yang ramai memang suasana luar dari orang yang merasakan kesepian, tetapi orang yang dirundung kesepian merasakan sepinya keadaan; yang ramai adalah suasana luar, yang menderita kesepian adalah jiwa seseorang. Yang merasakan keramaian adalah tubuh, tetapi tidak jiwanya.
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang atau tidak berteman. Kesepain merupakan keterasingan yang dititikberatkan pada soal psikis. Misalnya seseorang yang berada di lingkungan yang sepi, psikisnya mudah terpengaruh sehingga dapat merasakan adanya keterasingan, khususnya kesepian. Namun, sesorang dalam suatu kerumunan karena di tempat ramai tersebut dia tidak merasa memiliki kawan, maka dirasakan adanya kesepian.
Beberapa gejala pada orang yang dirundung kesepian antara lain adalah sebagai berikut:
Apabila ia sedang duduk, pandangan matanya kedepan tampak agak sayu, kurang memberikan sinar yang terang dan pandangannya seperti kosong. Matanya tampak terbuka tapi pandangannya kurang memperhatikan apa yang ada di depannya.
Arti kesepian menjadi makin jelas bilamana seseorang merasa kesepian dalam keramaian. Yang ramai memang suasana luar dari orang yang merasakan kesepian, tetapi orang yang dirundung kesepian merasakan sepinya keadaan; yang ramai adalah suasana luar, yang menderita kesepian adalah jiwa seseorang. Yang merasakan keramaian adalah tubuh, tetapi tidak jiwanya.
Waktu yang Berarti Telah BERLALU
Mungkin banyak orang merasakan bahwa waktu berlalu sangat cepat atau lebih lambat. Seperti saya rasakan, barumersakan hari kamis tak terasa sudah menginjak hari kamis lagi. Mungkin kita sering menengok kemasa lalu itu, ada kenangan yang indah, kenangan yang pahit, pelajaran yang berguna, dan lain-lain sebagainya atau kita merasakan penyesalan yang baru kita rasakan ketika melewati hari itu.
Pernah saya rasakan melewati waktu dengan percuma, seperti dilewati dengan berdiam diri memikirkan masa depan, masalah, pemikiran-pemikiran aneh, dan lain sebagainya. Tanpa kita sadari kita melewati waktu dengan percuma,.
Menyepelekan, adalah penyakit yang membuat orang tidak maju. Seperti ketika kita mendapatkan tugas yang bisa kita kerjakan sekarang tapi karena terbujuk oleh rayuan banyaknya waktu yang tersisa untuk mengerjakannya, maka tidak sengaja kita memilih waktu yang mepet untuk mengerjakan tugas tersebut. Coba pikirkan hari-hari yang dilewati kita perbuat atau kita lakukan hal apa???
Sedikit saya berbagi pengalaman yang mungkin anda rasakan, dan "Mari Kita Berubah Sikap Untuk Kebaikan dan Kemajuan Bersama"
Pernah saya rasakan melewati waktu dengan percuma, seperti dilewati dengan berdiam diri memikirkan masa depan, masalah, pemikiran-pemikiran aneh, dan lain sebagainya. Tanpa kita sadari kita melewati waktu dengan percuma,.
Menyepelekan, adalah penyakit yang membuat orang tidak maju. Seperti ketika kita mendapatkan tugas yang bisa kita kerjakan sekarang tapi karena terbujuk oleh rayuan banyaknya waktu yang tersisa untuk mengerjakannya, maka tidak sengaja kita memilih waktu yang mepet untuk mengerjakan tugas tersebut. Coba pikirkan hari-hari yang dilewati kita perbuat atau kita lakukan hal apa???
Sedikit saya berbagi pengalaman yang mungkin anda rasakan, dan "Mari Kita Berubah Sikap Untuk Kebaikan dan Kemajuan Bersama"
Subscribe to:
Posts (Atom)