Derek yang asli New York memulai perjalanan pada April 2008 silam di India. Ia bepergian dari satu negara ke negara lain seperti Suriah, Iran, Pakistan, Indonesia, Mesir, Bosnia Herzegovina, Senegal, Palestina, Kazakhstan, Mali, Turki, Spanyol, Maroko, Mauritania, dan Bangladesh.
Keputusan membuat proyek tersebut tak lain disebabkan tragedi WTC 11 September. Setelah serangan itu, Derek melakukan perjalanan ke Turki, Uzbekistan, Oman dan Zanzibar. “Perjalanan singkat itu memberi impresi lama pada saya, hingga saya memutuskan untuk melakukan perjalanan lebih banyak dan memotret di waktu yang sesingkat mungkin,” tutur Derek.
Derek mengakui, apa yang ia kagumi selama perjalanan adalah keramahan setiap orang di hampir setiap tempat. “Dulu ada sebuah lagu populer yang menyanyikan ‘Tak peduli ke mana kamu pergi, orang-orang adalah sama,’ Tapi saya tidak menganggap itu benar. Apakah itu genetik atau budaya, faktanya reaksi setiap orang berbeda sesuai dengan aksi berbeda. Itu yang saya temui,” tuturnya.
Tujuan Derek adalah memperlihatkan hasil karyanya kepada warga Amerika sebanyak mungkin. Alasan itu membuat ia ingin melakukan pameran sesering mungkin dan membukukan hasil bidikannya. “Amerika baru mulai mengenal dunia Islam. Tujuan nyata saya untuk memaparkan kepada mereka perbedaannya,” ungkapnya. “Tentu saya tidak berpura-pura atau bahkan berkata saya tahu dan telah memelajari semuanya, saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya tahu dalam periode singkat tersebut,” papar Derek.
Menyoal beragam selip pemahaman yang memperparah hubungan antara Amerika dan dunia Islam, Derek berkata, “Selama perjalanan, sangat jelas jika presiden kami terdahulu tidak disukai sama sekali di dunia Islam. Orang-orang dibuat gusar dan tercekik dengan aksi Amerika.” Ia bertanya tentang Bush dan kebijakan luar negeri AS di setiap kesempatan. “Namun saya sungguh dapat berkata, terlepas semua itu, orang-orang masih memiliki pandangan positif terhadap masa depan dan juga Amerika,” ungkapnya lagi.
Derek juga membagi pengalaman sulit yang ia jumpai pada bagian perjalanan di Iran. Namun itu terjadi karena ia diminta berkeliling di negara itu dibawah panduan pemandu yang ditunjuk pemerintah. “Memiliki pemandu resmi menimbulkan beberapa masalah. Saya jadi gugup saat kontak dengan orang lain. Saya pun harus memberikan semua tujuan perjalanan saya,” tuturnya. Terlepas itu, ia mengakui keramahan dan atmosfer berteman warga Iran.
Selain itu, India adalah salah satu titik perjalanan yang melarutkan Derek. “Memang India bukan negara bermayoritas Muslim, tapi menjadi posisi dua dunia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar. Itu merupakan negara mistik penuh keajaiban, unik dan berwarna. Ini merupakan negara dengan geografi mengagumkan kaya elemen kehidupan kontras yang hadir bersamaan.”
Derek meyakini, perjalanannya di negara Muslim bakal mempengaruhi arah hidupnya hingga nanti. “Saya menemukan lebih sekedar apa yang saya cari. Perjalanan itu akan menjadi kendaraan penting ke kehidupan saya selanjutnya,” ujarnya.
Sumber: Republika dari Today’s Zaman
No comments:
Post a Comment